Rauhanda Riyantama
Potret kiper legendaris milik PSIS Semarang, Puji Raharjo (kiri). (Twitter/psis_semarang)

Gol.bolatimes.com - Kabar miris datang dari dunia sepak bola Indonesia setelah salah satu kiper legendaris milik PSIS Semarang, Puji Raharjo, hidup kesulitan pasca pensiun.

Kabar terkini menyoal Puji Raharjo dibagikan oleh akun Twitter @Mah5Utari yang mengunggah tangkapan layar akun Facebook bernama Pudji Rahardjo.

Dalam postingan tersebut, Puji membagikan sebuah informasi di mana ia membuka jasa pijat panggilan. Layanan yang ia tawarkan antara lain pijat refleksi, pijat capek, pijat salah urat keseleo dan lainnya.

Baca Juga:
Hasil BRI Liga 1: Ze Valente Cetak Brace, Persebaya Surabaya Hajar PSS Sleman 4-2

Postingan Puji yang tak banyak orang tanggapi itu terus dibagikan oleh Puji agar bisa mendapat pelanggan. Tak lupa, Puji juga menyertakan informasi bahwa dirinya adalah mantan kiper PSIS.

Menilik akun Facebook milik Puji Raharjo, ia mulai membagikan informasi layanan pijat panggilan sejak Agustus 2022. Namun tidak diketahui pasti kondisinya saat ini.

Baca Juga:
Perbandingan Statistik Egy Maulana Vikri dan Witan Sulaeman, Siapa Lebih Baik?

Postingan terkait kondisi Puji Raharjo yang harus bekerja sebagai tukang pijat di masa tuanya ini menuai berbagai reaksi dari netizen.

“Sedih amat,” tulis akun @hvsnay

“Bagaimana dengan nasib para pemain, juru masak, para pedagang, ofisial tim, yang timnya berlaga di Liga 2 & 3?,” tulis akin @rumputliaryk.

Baca Juga:
Sama-sama Berstatus Pemain Asing KMSK Deinze, Marselino Ferdinan Tampak Akrab dengan Sosok Ini

Fenomena mantan pemain di Indonesia yang hidup kesusahan di usia tuanya atau setelah pensiun bukan hal baru terdengar. Telah banyak contoh lainnya dari kondisi tersebut.

Ambil contoh Anang Maruf yang dikabarkan sempat menjalani pekerjaan sebagai ojek online. Untungnya kini Anang Ma'ruf telah dipekerjakan di Dispora Surabaya.

Kemudian ada Alexander Pulalo yang diketahui sempat menjadi supir untuk perusahaan broadcasting. Ia terpaksa bekerja seperti itu karena terhimpit ekonomi.

Kontributor: Aditia Rizki Nugraha